Tenun ikat Nusa Tenggara Timur (NTT) masuk SheCan Award Tahun 2009, demikian informasi ini diperoleh dari Alfonsa Horeng, di Bagian Humas Setda Sikka, Senin (21/12/2009).
Menurut Alfonsa, SheCan Award 2009 merupakan sebuah program yang memberikan langka awal untuk menyebarluaskan dan mengajak seluruh wanita Indonesia untuk melakukan enlighten (penerangan), educate (mendidik) dan empower (memberdayakan) dalam hidup mereka.
SheCan Award 2009 diikuti 38 orang perserta dari berbagai daerah di Indonesia , sementera untuk Propinsi Nusa Tenggara Timur di wakili Alfonsa Horeng.
Alfonsa Horeng, merupakan tokoh wanita muda yang sudah lama menekuni dunia tenun sejak menamatkan pendidikan perguruan tinggi di Surabaya . Selain mempromosikan tenun ikat yang ada di Kabupaten Sikka, Alfonsa juga terus belajar dan mempromosikan tenun ikat asli NTT keluar daerah. Karena kesuksesannya, Alfonsa diundang untuk mengikuti acara SheCan Award 2009 di Jakarta .
Menurut Managing Director Tuppeware Indonesia, Nining W. Permana, tujuan dilaksanakan SheCan Award 2009 ini untuk menyokong kemajuan wanita – wanita Indonesia. Yang dimulai dengan langkah pencerahan yang akan diberikan melalui kisah personal dibalik ke 38 orang wanita berdaya Indonesia .
“ pesan yang akan diberikan wanita – wanita berdaya Indonesia ini adalah anda (wanita Indoesia) bisa berkarya bagi diri sendiri dan membawa pengaruh positif itu bagi orang lain dan lingkungan yang ada disekitar anda. Tanpa harus melupakan tanggung jawab anda sebagai isteri dan ibu rumah tangga “ jelas Permana.
SheCan membawa pesan yang sederhana, namun sangat diharapkan bisa menjadi motivasi bagi kita semua untuk terus mengembangkan diri dan mencapai potensi kita yang maksimal.
Acara SheCan Award 2009 akan ditayangkan di Stasiun TV Trans7 pada Selasa 22 Des 2009, jam 8 malam waktu Indonesia bagian tengah dan juga akan disiarkan ulang di Stasiun televisi TransTV pada Minggu 27 Des 2009, jam 4 sore waktu Indonesia bagian tengah.
Alfonsa Horeng, ketika dikonfirmasi menjelaskan minatnya terhadap tenun ikat dimulai sejak menamatkan pendidikan tinggi di Surabaya . Kala itu ia melihat minat generasi muda untuk mempertahankan tenun ikat sangat rendah, sehingga membuat dirinya berusaha untuk mempertahankan tenun ikat.
Meski tidak mudah, Alfonsa mengaku tidak menyerah dan terus berusaha memotovasi, mendorong dan mendidik para wanita di Flores Nusa Tenggara Timur supaya melalui proses tenun dan warna membutuhkan kesabaran dan ketelitian yang tinggi.(john oriwis)
maju terus sister..........
BalasHapusgo..go..alfonsa..
BalasHapus